Jangan Diecer-ecer, Kasihan Rakyat yang Sudah Membayar Pajak

Rakyat membayar pajak bukan dari uang yang datang begitu saja, namun dari hasil kerja keras setiap harinya. Bukan suatu hal yang salah jika rakyat sebagai pembayar pajak menginginkan timbal balik yang setidaknya normatif.

Pajak penghasilan sebenarnya adalah hal yang wajar diberikan oleh para pekerja kepada pemerintah, sepertinya hampir semua negara yang ada di dunia ini memberlakukan hal itu, walaupun ada juga beberapa “negara” yang tidak memberlakukan-nya. Pemberi pajak penghasilan memahami hal itu, karena bagaimanapun juga suatu negara bisa menjalankan pemerintahan-nya jika mendapatkan pemasukan, yang salah satunya adalah dari pajak penghasilan.

Jika para penanggung jawab “amanah” dalam mengelola uang para pemberi pajak, maka yang terjadi adalah adanya kemakmuran, kesejahtraan dan keadilan sosial bagi rakyatnya. Namun bagi kebanyakan negara berkembang “korupsi dan penyelewengan” uang negara menjadi nomor satu dalam menghambat hal tersebut, bahkan ini bisa terjadi mulai dari level terendah hingga level tertinggi.

Korupsi Hingga Pungli

Pengertian korupsi dan pungli sebenarnya sedikit berbeda, namun apapun istilahnya kedua tindakan atau perilaku tersebut jelas akan ada pihak yang dirugikan, mungkin tindakan korupsi dampaknya akan lebih besar daripada pungli. Korupsi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memperkaya diri sendiri atau golongannya saja sehingga menyebabkan kerugian negara atau instansi, sedangkan pungli adalah transaksi menyimpang yang menyebabkan kerugian hanya pada korbannya saja.

Korupsi dan pungli seperti dua sisi mata uang yang berbeda, namun keduanya sama-sama dapat menyebabkan dampak buruk dan menghambat kemajuan suatu negara. Korupsi bisa dikatakan suatu perilaku yang paling tidak terpuji untuk sebuah profesi, bayangkan saja dari usahanya untuk memperkaya diri sendiri atau kelompoknya itu telah merampas uang keringat rakyat dan menyengsarakan rakyat yang seharusnya mendapatkan banyak manfaat dari uang itu.

Pungli biasanya dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang dengan tujuan untuk memberikan kemudahan urusan bagi orang yang menginginkannya. Sebuah sistem atau prosedur yang sudah diatur sedemikian rupa biasanya akan dibuat seperti sulit dan rumit, sehingga dengan modus untuk memperlancar segala urusan menjadi alasan kenapa pungli dapat merajalela, yang sangat disayangkan ini sudah menyasar hingga dunia pendidikan.

Ecer-ecer Uang Rakyat yang Kurang Bermanfaat

Ecer-ecer atau menggunakan uang rakyat untuk suatu pekerjaan atau kegiatan yang tidak penting sebenarnya sudah menjadi rahasia umum dan ini kerap terjadi setiap tahunnya. Salah satu kegiatan ecer-ecer uang rakyat ini dilakukan dengan dalih study banding hingga meeting dengan fasilitas mewah yang biasa dilakukan hampir setiap tahunnya. Study banding atau meeting tahunan memang diperlukan jika tidak menyimpang dari tujuan awalnya dan tentu harus membuahkan hasil yang positif.

Study banding yang dilakukan hingga ke luar negeri akan sangat menguras anggaran atau khas instansi yang melakukannya, yang sangat disesalkan semua itu dilakukan seperti sebuah acara wisata bersama. Anggaran yang diperlukan untuk ecer-ecer uang ini tidak main-main jumlahnya, padahal anggaran itu dapat saja digunakan untuk kepentingan yang lebih bermanfaat dan untuk kesejahteraan rakyat yang lebih nyata.

Rakyat membayar pajak pada negara bukan hanya dari penghasilannya saja, hampir sebagian besar barang konsumsi hingga jasa dikenakan dengan biaya pajak. Pejabat hingga pegawai pemerintah dengan golongan paling rendah, semuanya digaji dari khas negara yang didapat dari pajak. Uang negara (rakyat) juga disalurkan oleh pemerintahan untuk kesejahteraan rakyat, jadi ecer-ecer uang rakyat seharusnya dibasmi dan uang itu dapat dikembalikan fungsinya untuk tujuan “kemakmuran, kesejahtraan dan keadilan sosial rakyat”