
Membangun kompetensi diri dimulai dari attitude yang baik, bukan hanya sekedar jenjang pendidikan yang tinggi saja, karena pendidikan yang tinggi tidak menjamin profesionalisme seseorang jika masih memiliki attitude yang buruk.
Walaupun pendidikan yang sesuai adalah syarat utama untuk berkompeten dan profesionalisme dibidangnya, namun itu bukanlah satu-satunya syarat yang harus dipenuhi. Karena pengetahuan, pemahaman, nilai, kemampuan, minat dan sikap atau attitude merupakan rentetan syarat lainnya yang harus dipenuhi. Untuk yang terakhir disebutkan banyak yang mengabaikannya, sehingga walaupun sudah cukup berkompeten tetapi masih belum dapat dikatakan profesional jika masih memiliki mental attitude yang buruk.
Persyaratan untuk menjadi seorang profesional yang kompeten sifatnya bukanlah suatu paksaan, karena pada dasarnya kompetensi tumbuh atas kesadaran sendiri yang datang dari rasa tanggung jawab terhadap profesi pekerjaannya. Banyak orang yang menjalankan profesinya selama bertahun-tahun, bahkan hingga mendekati pada usia pensiun, namun dikarenakan tidak ada keinginan untuk meningkatkan dirinya sebagai seorang profesional yang berkompeten, sehingga membuat dirinya hanya menjalankan pekerjaan apa adanya. Namun ada juga orang yang hanya mengejar persyaratan dokumennya saja, namun tidak dapat menerapkan kemampuan bekerja sesuai seperti yang diharapkan.
Kompeten Belum Tentu Profesional
Terminologi kompetensi dan profesionalisme selalu kita dengarkan dalam dunia kerja yang penuh dengan persaingan, tanpa terkecuali. Tidak ada kamus yang menerangkan secara pasti mengenai perbedaan antara kompetensi dan profesionalisme, namun secara terminologi kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standarisasi yang diharapkan, sedangkan profesionalisme merupakan sebutan untuk sikap mental dalam menjalankan komitmen suatu profesi.
Jika menelaah terminologi dari kedua istilah yang sering didengar dalam dunia pekerjaan tersebut, maka dapat disimpulkan jika kompetensi lebih cenderung baku, karena pada umumnya seseorang dapat dikatakan kompeten jika sudah memenuhi syarat-syarat tertulis, seperti ijazah, sertifikat pelatihan dan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Sedangkan profesionalisme datang dari diri orang yang menjalankan sebuah profesi, seperti sikap mental dalam menjaga dan menjalankan komitmen sebuah profesi. Artinya seseorang yang telah dianggap berkompeten dibidangnya belum tentu sudah profesional jika masih memiliki mental melanggar segala komitmen yang ada di dalam profesinya.

Mengejar Kompetensi, Jangan Lupakan Profesionalisme
Sangat miris ketika bertemu dengan seseorang yang memiliki gelar pendidikan tinggi namun hanya sekedar untuk mengejar sebuah karir dan jabatan, namun tidak dapat menerapkan ilmu yang didapatnya sesuai dengan profesi yang ditekuninya. Dokumen persyaratan hanya sebuah cetakan pernyataan sebagai syarat untuk mengikuti sistem yang sudah berlaku, namun itu masih belum dapat dikatakan profesional jika tidak dapat menjalankan atau bahkan melanggar komitmen dari profesinya.
Kompetensi dengan syarat-syarat sertifikat, surat pernyataan atau cetakan dokumen lainnya hanya sebagai bukti tertulis yang tidak benar-benar dapat membuktikan keahlian seseorang dalam menjalankan profesinya. Lingkungan pekerjaan sangat mempengaruhi dalam membentuk mental bekerja yang sesuai dengan profesinya masing-masing, ini dapat dibuktikan ketika kita pernah bekerja di tempat yang berbeda. Namun saat ini orang lebih cenderung dalam mengejar kompetensi tetapi melupakan profesionalisme dalam bekerja, artinya hanya melengkapi dokumen-dokumen yang menunjang untuk sebuah kompetensi tetapi tidak diikuti dengan mental attitude positif untuk menjadi seorang profesional.
Bukan hanya perusahaan-perusahaan swasta yang menuntut kompetensi dan profesionalisme dalam bekerja, namun pekerjaan-pekerjaan pelayanan publik juga membutuhkan itu semua. Pemerintah merekrut begitu banyak tenaga kerja yang mengisi berbagai departemen atau instansi dengan harapan dapat memberikan pelayanan publik yang baik. Peluang untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan, bea siswa, seminar, sertifikasi hingga study banding diberikan agar para pegawai pemerintahan dapat memberikan pelayanan profesional seperti yang diharapkan oleh masyarakat umum sebagai pembayar pajak. Kompetensi yang disahkan diatas selembar kertas menjadi tidak berarti jika masih memiliki mental attitude yang buruk, sehingga tidak dapat menjaga sikap profesionalisme dalam memberikan pelayanan publik.
RECOMMENDED STORIES
Tingkatkan Beberapa Keahlian Ini, Agar Keuangan Selalu Aman
Tingkatkan beberapa keahlian ini, agar keuangan selalu aman. Terdengar klise…
Read MoreJangan Anggap Remeh Mineral Sulfide, Ini Buktinya…
Jangan anggap remeh mineral sulfide, walaupun tidak semuanya dapat bernilai…
Read MoreYang Ngaku Penggemar Kopi Jangan Salah Pilih Coffee Shop untuk Tempat Ngopi
Kedai Kopi Purnama di Kota Bandung – Gambar diambil dari…
Read MoreYang Tidak Disukai dan Harapan Pengendara Bermartabat Ketika Berada di Jalanan
Yang tidak disukai dan harapan pengendara bermartabat ketika berada di…
Read MoreTempat Healing untuk Laki-laki yang Masih Sendirian
Tempat healing untuk laki-laki yang masih sendirian tentu bukan tempat…
Read MoreMembangun Sikap Sportif dan Jujur dari Turnamen Olahraga Usia Dini
Membangun sikap sportif dan jujur dari turnamen olahraga usia dini…
Read More