
Produk tiruan atau lebih keren-nya disebut dengan KW sebenarnya adalah salah satu penyebab sulitnya produk-produk lokal yang berkualitas untuk berkembang, namun entah disadari atau tidak sepertinya hal ini dibiarkan begitu saja.
Siapa sih yang tidak ingin memiliki barang dari merek-merek ternama atau branded, seperti Nike, Adidas, Reebok, Caterpillar, Vans dan yang lainnya, namun harganya yang cukup mahal membuat orang-orang yang menginginkannya lebih memilih untuk membeli produk tiruan-nya atau sekarang lebih dikenal dengan KW.
Yang lebih memprihatinkan lagi ialah barang-barang KW ini pada umumnya dibuat bukan di dalam negeri, walaupun ada sebagian yang dibuat di dalam negeri oleh para pelaku industri kecil yang menginginkan kemudahan dalam pemasaran. Sebenarnya tanpa disadari jika ini dibiarkan terus berlanjut, maka merek-merek lokal yang baru akan berkembang dan tengah membangun branding justru akan terkalahkan oleh produk-produk KW tersebut, sebelum usahanya itu berhasil.
Kecenderungan Masyarakat untuk Memiliki Barang Branded
Semakin berkembangnya media-media internet seperti media sosial telah membuka jendela dunia semakin terbuka, apapun trend yang ada di negeri orang akan dengan sangat terlihat. Amerika dan negara-negara di eropa adalah tempatnya trend-trend baru lahir dan menjadi barometer dunia.
Gaya hidup yang berkembang di dunia barat akan sangat mudah ditiru, mulai dari hobi hingga fashion-nya. Perkembangan gaya hidup dan fashion tersebut tentu akan didukung dengan produk-produk dari merek-merek ternama atau dalam istilah marketing disebut dengan endorsement.
Kecenderungan masyarakat di Asia yang selalu ingin meniru gaya hidup para idolanya, tentu disertai dengan kecenderungan untuk ingin memiliki barang-barang yang digunakan-nya, dan sudah pasti itu adalah barang-barang branded. Barang-barang branded yang berasal dari Amerika atau negara-negara barat tentu memiliki harga yang cukup mahal, apalagi ditambah dengan nilai pajak yang dibebankan-nya.
Bagi para pengusaha atau produsen yang tidak mau susah dalam membangun sebuah branding, akan memanfaatkan momentum ini menjadi sebuah peluang bisnis yang lebih mudah dan terbuka, terutama dalam urusan marketing-nya. Nike, Adidas, Reebok, Vans, Levi’s, Converse dan The North Face adalah sebagian kecil saja dari banyaknya produk branded yang menjadi korban keganasan para pembuat dan pengguna barang tiruan atau KW.

Barang KW Banyak dijual Secara Online
Ketika kita mencari sebuah kata kunci untuk sebuah produk branded, biasanya akan banyak sekali keluar produk yang sejenis, namun ditawarkan dengan banyak harga yang jauh berbeda. Dari banyaknya harga yang ditawarkan, sudah pasti kita dapat memperkirakan perbedaan antara barang original dan KW.
Terlihat dengan sangat jelas jika barang-barang KW pada umumnya dijual di toko-toko online sejenis marketplace, walaupun ada juga diantaranya yang original. Ini adalah salah satu kelemahan toko online dengan jenis marketplace, karena siapa saja dapat berjualan secara mudah, tanpa adanya kontrol pengelola dengan lebih detail, bahkan penipu-pun dapat berjualan disitu.
Sebenarnya ini adalah PR besar untuk para pengelola toko online dengan jenis marketplace, karena dengan banyaknya penjual barang KW sama saja dengan membunuh para pelaku UMKM yang tengah membangun citra merek-nya. Ini bagaikan teori domino yang saling berkaitan satu sama lainnya, karena sebenarnya hal ini dapat dicegah dengan cara filtering dari para reseller di marketplace.
Pemerintah sepertinya sudah berusaha untuk membantu UMKM dengan cara menutup lebih rapat keran masuknya produk-produk import, seperti kebijaksanaan penurunan ambang batas bawah bebas pajak hingga US$ 3. Namun semakin rapatnya keran tertutup justru menimbulkan kebocoran-kebocoran kecil yang jumlahnya sangat banyak dan akan lebih sulit terkontrol.
Jujur saja, jika posisi saya sebagai pelaku UMKM yang tengah membangun branding, saya akan lebih senang bersaing dengan produk-produk branded mancanegara dan dianggap setara, daripada harus bersaing dengan produk-produk KW yang ditawarkan dengan harga murah dan jumlahnya sangat berlimpah, tetapi justru akan membunuh perlahan-lahan. Eiger, Brodo, Lea, Jimmy and Martin dan Consina adalah beberapa contoh merek lokal yang dapat bersaing dengan produk mancanegara branded dan memiliki kualitas setara, tetapi entah sampai kapan mereka dapat tetap bertahan.
Pada akhirnya semua tergantung dari kesadaran semuanya, bukan hanya tanggung jawab penjual, pembeli atau instansi yang berwenang saja. Intinya kita jangan mau membohongi diri kita sendiri dengan menggunakan produk KW hanya untuk ingin mengikuti sebuah gaya hidup. Perlu diketahui juga, jika merek-merek branded KW tersebut ternyata justru merupakan barang import yang berasal dari “negara pemasok barang murah”.
Sumber artikel : Alevizone Stories
Lihat produk menarik di : Alevizone Store
RECOMMENDED STORIES
Jayagiri, Merek Kebanggan Para Penggemar Aktivitas Outdoor Era Tahun 80′ – 90’an
Merek kebanggan para penggemar aktivitas outdoor di era tahun 80′…
Read MoreGenerasi Milenial Lebih Baik Memiliki Rumah Idaman dengan Cara Ini
Generasi milenial sebaiknya memiliki rumah idaman dengan cara ini, karena…
Read MoreIlmu Simpul Tali Temali untuk Menunjang Aktivitas Outdoor
Simpul tali temali sebenarnya suatu pengetahuan yang sangat penting, tetapi…
Read MoreErupsi Gunung Api, Salah Satu Penyebab Bencana Alam yang Paling Sering Terjadi di Indonesia
“Erupsi gunung api adalah salah satu aktivitas geologi yang termasuk…
Read MoreSpot Mancing yang Sangat Menarik di Sungai Pedalaman Hutan Kalimantan
Spot mancing di sungai hutan pedalaman Pulau Kalimantan ini awal…
Read MoreMobil Bekas dengan Mesin Diesel yang Masih Layak untuk Dibeli
Mobil bekas dengan mesin diesel yang masih layak untuk dibeli,…
Read More