
Musim hujan akan tiba, waspada banjir bandang lagi! yang sering terjadi beberapa tahun belakangan ini. Ini bukan banjir bandang biasa, karena terjadinya bukan di sungai pegunungan, tetapi sudah merambah hingga jalan perkotaan.
Jika banjir bandang di musim hujan tahun ini terjadi lagi hingga jalan perkotaan, maka tidak ada yang dapat dikatakan. Jangan salahkan ini sebagai fenomena alam, karena alam sudah memiliki sirklus keteraturan yang akan terjadi setiap tahunnya. Jika sudah terlanjur karena tata kota yang salah urus maka harus ada upaya tindakan perbaikan, itu semua sebaiknya dilakukan mulai dari hulu hingga hilir, artinya sumber permasalahannya dahulu yang harus dibenahi.
Bagaimana Banjir Bandang Dapat Terjadi?
Banjir bandang sebenarnya adalah fenomena alam yang wajar jika kejadian di alam yang belum terganggu oleh pembukaan lahan. Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba, yang membuat air menjadi meluap dan mengalir dengan deras, sehingga menerjang apa saja yang dilaluinya. Banjir bandang biasanya terjadi pada aliran sungai dan datang dari dataran yang lebih tinggi menuju ke dataran yang lebih rendah secara tiba-tiba. Hujan besar yang terjadi di hulu sungai adalah salah satu penyebab terjadinya banjir bandang, sehingga hal ini sebenarnya fenomena alam yang wajar jika terjadi pada aliran sungai di bagian bumi yang masih alami dan belum terganggu oleh pembukaan lahan.
Namun banjir bandang yang terjadi saat ini adalah banjir bandang yang tidak wajar, karena terjadi hingga memasuki wilayah perkotaan, bahkan terjadi di pusat kota. Orang-orang yang seharusnya bertanggung jawab untuk masalah ini berdalih jika banjir bandang yang terjadi merupakan akibat dari curah hujan yang sangat tinggi.
Indonesia adalah negara tropis yang hanya memiliki dua musim saja, dan siklus perubahan musim itu terjadi setiap tahunnya. Wilayah-wilayah yang terkena dampak banjir bandang di perkotaan seperti Kota Bandung, terjadinya dimulai pada beberapa tahun belakangan ini, sehingga curah hujan yang tinggi tidak dapat dijadikan alasan yang tepat, karena siklus curah hujan tinggi akan selalu terjadi setiap tahunnya.

Penghijauan dan Hentikan Pembangunan di Zona Resapan
Sudah terlanjur tidak terkendalinya pembangunan di dataran tinggi, ini adalah inti dari sumber masalah. Bukan hanya perumahan, tetapi pariwisata yang terselubung dengan nama wisata alam yang justru menjadi penyebab kerusakan alam di zona resapan. Pertanian untuk kepentingan mencari nafkah menjadi dilema, walaupun ini juga menjadi salah satu penyebabnya.
Tata ruang kota yang sepertinya tidak terencana karena tidak adanya master plan atau mungkin ada, namun tidak diterapkan dengan baik, karena keserakahan sebagian orang yang dilakukan hanya untuk kepentingan pribadi atau golongannya saja, mungkin lebih tepat dikatakan dengan budaya korupsi dan pungli yang telah memudahkan dan memuluskan ijin pembangunan di zona-zona resapan yang seharusnya tidak boleh adanya pembangunan.
Namun semua sudah terjadi, ini dapat diibaratkan seperti sebuah penyakit kronis yang harus segera disembuhkan. Penanaman kembali pohon-pohon yang telah membuat lahan di zona resapan gundul akibat pembukaan lahan pertanian yang masif adalah upaya yang harus disegerakan. Menutup tempat-tempat pariwisata yang berlindung dibalik wisata alam dan mengembalikan fungsinya sebagai area resapan bukan tidak mungkin dapat dilakukan, siapapun itu pemilik atau pengelolanya.
Pembangunan pemukiman penduduk dalam bentuk perumahan-perumahan yang menawarkan pemandangan indah lampu perkotaan sudah harus dihentikan, alihkan pembangunan perumahan tersebut ke daerah yang lebih aman dan bukan berada di zona resapan. Jika memang perumahan-perumahan itu sudah terlanjur dibangun, maka tindakan nyata penghijauan yang masif perlu dilakukan secepatnya dengan menggerakan semua elemen masyarakat.
Semua tindakan untuk mengobati kondisi yang seperti penyakit kronis ini memang memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Namun apa boleh buat, upaya harus segera dilakukan, jangan sampai banjir bandang yang telah terjadi lebih meluas dan pada akhirnya justru memakan banyak anggaran yang jauh lebih besar dan itu uang rakyat.
Curah hujan yang tinggi memang paling mudah untuk dijadikan alasan dan kambing hitam penyebab terjadinya banjir bandang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak tenaga ahli dalam bidang lingkungan dan tata kota, namun pada kenyataannya fenomena ini terjadi di kota-kota tempat berkumpulnya para ahli dibidang ini. Dinas-dinas ke luar kota dengan dalih study banding seperti tidak ada manfaatnya dan hanya membuang-buang anggaran yang seharusnya dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Para penikmat uang pajak masyarakat hanya bisa menutup mata, karena mereka tidak merasakan dengan apa yang dirasakan para korban terdampak banjir bandang. Jika pemerintah daerah yang bertanggung jawab dengan wilayahnya tidak mampu menangani hal ini, maka sebaiknya untuk mendatangkan ahli yang kompeten dan bertanggung jawab agar bencana ini tidak terulang kembali.
RECOMMENDED STORIES
Tingkatkan Beberapa Keahlian Ini, Agar Keuangan Selalu Aman
Tingkatkan beberapa keahlian ini, agar keuangan selalu aman. Terdengar klise…
Read MoreJangan Anggap Remeh Mineral Sulfide, Ini Buktinya…
Jangan anggap remeh mineral sulfide, walaupun tidak semuanya dapat bernilai…
Read MoreYang Ngaku Penggemar Kopi Jangan Salah Pilih Coffee Shop untuk Tempat Ngopi
Kedai Kopi Purnama di Kota Bandung – Gambar diambil dari…
Read MoreYang Tidak Disukai dan Harapan Pengendara Bermartabat Ketika Berada di Jalanan
Yang tidak disukai dan harapan pengendara bermartabat ketika berada di…
Read MoreTempat Healing untuk Laki-laki yang Masih Sendirian
Tempat healing untuk laki-laki yang masih sendirian tentu bukan tempat…
Read MoreMembangun Sikap Sportif dan Jujur dari Turnamen Olahraga Usia Dini
Membangun sikap sportif dan jujur dari turnamen olahraga usia dini…
Read More